Orang Mukmin
Ciri-Ciri Mukmin:
1. Khusyuk dalam shalat, yakni shalat yang disertai rasa takut kepada Allah SWT dan ia yakin akan berjumpa dengan-Nya sehingga shalatnya dilaksanakan dengan penuh konsentrasi dan akan membekas dalam kehidupan sesudah shalat. Allah SWT berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya,” (Al-Baqarah; 45- 46).
2. Meninggalkan segala bentuk kerja sia-sia, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Hal ini karena keberadaan seorang Mukmin tentu saja harus memberi manfaat bagi manusia sehingga akan membuatnya menjadi manusia yang terbaik di dunia mahupun di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “ Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, ” (HR Muslim). Begitu pula bila memiliki ilmu, seorang mukmin akan memanfaatkan ilmunya dengan baik agar ia tidak diazab. Rasulullah saw bersabda, “ Orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak memanfaatkannya, ” (HR Thabrani).
3. Menunaikan zakat sehingga hartanya bersih dari segala kemungkinan yang haram dan hatinya juga bersih dari sifat-sifat yang tercela dalam kaitan dengan harta, seperti kikir, terlalu cinta harta dan sebagainya. Zakat, infak dan sedekah merupakan bentuk-bentuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan sebagai ciri orang yang beriman, sehingga mereka pun mendapat jaminan syurga dari Allah SWT. Firman Allah, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka,” (QS at- Taubah: 111).
4. Menjaga kemaluan sehingga terhindar dari zina, yakni melakukan hubungan seksual kepada orang yang bukan isteri atau suaminya. Kerana zina merupakan perbuatan tercela yang tidak mungkin dilakukan seorang mukmin sejati, karenanya hukuman untuk pezina sangat berat.
5. Memelihara amanah atau kepercayaan yang diberikan kepadanya. Mukmin yang beruntung menyedari bahawa jika diberi kepercayaan dalam berbagai bentuk itu merupakan sesuatu yang akan selalu dijaga dan dipelihara. Sebab, hal itu merupakan sesuatau yang difahami pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT. Firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui, ” (QS al-Anfal: 27). Karena begitu penting memelihara amanah sebagai salah satu kunci untuk mendapatkan keberuntungan, maka amanah itu tidak bisa dipisahkan dari iman sehingga bisa dipastikan ketiadaan iman bagi orang yang tidak mampu memelihara amanah, Rasulullah saw bersabda, “ Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak menunaikan janji, ” (HR Ahmad).
6. Memenuhi janji, baik janji kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Ketika manusia berjanji kepada Allah, seorang Mukmin akan memenuhinya, yakni selalu beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “ Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan, ” (QS al-Fatihah: 5). Begitu juga dengan janji kepada sesama manusia yang nantinya akan diminta dipertanggungjawabkan. Allah SWT berfirman, “ Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji itu pasti diminta pertanggungjawabnya, ” (QS al- Isra: 34).
7. Memelihara shalat sehingga ia selalu menunaikan shalat dengan sebaik-baiknya yang telah diwajibkan kepadanya. Dari shalat yang ditunaikan dengan baik inilah, akan lahir dari dirinya keperibadian yang soleh yang selalu menunjukkan prinsip- prinsip solat dalam kehidupan sesudah solat, sehingga solat tidak sekadar dikerjakan, tapi didirikan yang pengaruhnya bisa mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT berfirman, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah solat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, ” (QS al-Ankabut: 45).
Orang Fasik
Secara etimologi (bahasa), dalam ungkapan orang Arab, fasik (al-fisq) maknanya adalah keluar dari sesuatu (al-khurĂ»j ‘an asy-syay’i) (al-Qurtubhi, TafsĂ®r al-Qurthubi, 1/246.), atau keluar (baca: menyimpang) dari perintah (al-khurĂ»j ‘an al-amr). Dikatakan, misalnya, “Fasaqat ar-ruthbah (Kurma keluar),”— jika ia keluar dari kulitnya.” Dikatakan pula, misalnya, “Fasaqa Fulan mâlahu (Si Fulan mengeluarkan hartanya),”—jika ia menghabiskan atau membelanjakannya (ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, 10/38).
Walhasil, secara etimologi (bahasa), fasik (al-fisq) maknanya adalah keluar (al-khurûj).
Secara terminologi (istilah), menurut al-Jurjani, orang fasik adalah orang yang menyaksikan tetapi tidak meyakini dan melaksanakan (al-Jurjani, At-Ta’rĂ®fât. I/211). Sedangkan al-Manzhur lebih lanjut menjelaskan bahwa fasik (al-fisq) bermakna maksiat, meninggalkan perintah Allah, dan menyimpang dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang dari agama dan cenderung pada kemaksiatan; sebagaimana iblis melanggar (fasaqa) perintah Allah, yakni menyimpang dari ketaatan kepada-Nya. Allah Swt. berfirman: Mereka kemudian berbuat fasik terhadap perintah Tuhannya. (QS al-Kahfi [18]: 50). Dalam ayat di atas, frasa berbuat fasik terhadap perintah Tuhannya artinya keluar dari ketaatan kepada-Nya.
Fasik juga berarti keluar dari kebenaran (al-khurĂ»j ‘an al-haqq). Karena itu, fasik kadang-kadang berarti syirik dan kadang-kadang berarti berbuat dosa. Seseorang dikatakan fasik (fâsiq/fasĂ®q) jika ia sering melanggar aturan/perintah. Fasik juga berarti keluar dari sikap istiqamah dan bermaksiat kepada Tuhan. Karena itu, seseorang yang gemar berbuat bermaksiat (al-‘âshĂ®) disebut orang fasik (ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, 10/38).
Orang Munafik
Tidak dapat dinafikan bahawa sifat-sifat yang menjadi pegangan golongan munafik kadang-kadang dihidapi oleh kita samada dalam keadaan sedar atau pun tidak seperti suka menipu, melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipertanggungjawabkan ke atas bahu kita. Dalam memastikan diri kita tidak terjerumus dalam lembah munafik maka wajar kita renungi beberapa ciri-ciri golongan munafik sebagaimana diberitahu oleh Allah dalam al-Quran dan juga rasulNya ke arah menghindarkan diri kita daripada bersifat dengan sifat itu yang boleh membahayakan aqidah dan diri kita terutama pada hari akhirat nanti. Munafik ialah orang-orang yang berpura-pura keimanannya di mana pada zahirnya nampak beriman dengan lidahnya mengakui keesaan Allah dan kerasulan nabi Muhammad s.a.w sedangkan pada hakikat batinnya yang sebenar penuh dengan kekufuran dan kesesatan. Mereka menentang kebenaran dengan kebatilan, menjual petunjuk membeli kesatan, memilih kufur menolak iman, memperjuangkan bid'ah ganti daripada sunnah dan memilih azab daripada nikmat.
Munafik terbahagi kepada 2 iaitu :
1. Munafik iktiqad iaiatu pegangan terhadap pokok persoalan iman bersikap dan bersifat nifaq atau penipuan maka golongan ini kekal dalam neraka, sekiranya mati tanpa bertaubatkepada Allah dan memperbetulkan semula iktiqadnya.
2. Munafiq amali iaitu amalan-amalan dalam ibadatnya bersifat nifaq atau penipuan seperti beramal kerana seseorang atau sesuatu selain Allah. Golongan ini melakukan dosa yang memerlukan agar bertaubat kepada Allah. Mereka akan dimasukkan ke syurga sesudah diazabkan dalam neraka.
Ciri-Ciri Munafiq
1. Berpenyakit hati
Maksud firman Allah dalam ayat 10 surah al-Baqarah yang bermaksud : “Dalam hati mereka ada penyakit. Maka Allah tambahkan lagi penyakit itu, kepada mereka dan mereka akan mendapat seksa yang pedih dengan sebab mereka berdusta
terhadap kebenaran”.
Antara penyakit hati yang disebutkan dalam ayat itu ialah sebagaimana berikut :
a. Kebodohan diri sendiri di mana golongan munafik terlalu yakin bahawa segala kerja jahat mereka tidak akan diketahui dan disedari oleh orang mukmin sedangkan mereka lupa bahawa Allah mengetahui segala-galanya.
b. Tidak berpendirian di mana mereka sentiasa merasa cemas dan bimbang kepada suasana sekitar yang mana tetap akan kembali kepada Islam dengan pertolongan Allah dan akan terhapusnya kebatilan. Mereka sentiasa mencari jalan penghalang agar kebenaran dapat dikaburkan dan dipandang serong.
c. Menentang kebenaran iaitu dengan menghalang dan memfitnah orang yang benar-benar berjuang di jalan Allah agar segala kejahatan dan penipuan mereka selama ini dengan menjual dan mencipta Islam palsu tidak terbongkar dan disedari oleh orang ramai.Benarlah firman Allah dalam ayat 64-65 surah at-Taubah yang bermaksud : “Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan kepada mereka satu surah yang memberitahu apa yang (tersembunyi) di hati mereka. Katakanlah kepada orang-orang munafik itu : "Ejeklah lagi! Sesungguhnya Allah akan melahirkan apa yang kamu takutkan itu". Dan jika engkau tanyakan kepada mereka tentu mereka akan menjawab: " Kami hanya bercakap- cakap dan bermain-main sahaja". Katakanlah :" Adakah Allah dan keterangan- keteranganNya serta rasulNya mahu kamu perolok- olokkan?”.
d. Berperasaan syak terhadap agama, Firman Allah dalam ayat 125 surah at-Taubah yang bermaksud : “Dan adapun orang-orang yang berpenyakit dalam hati mereka, (hanyalah) menambah kekotoran bersama kekotoran mereka (yang sedia ada) dan mereka mati dalam keadaan kufur. Mereka sentiasa berperasaan syak terhadap kemampuan sistem Islam dalam menjamin kemajuan dan keadilan sepanjang zaman, syak tentang keamanan dan kestabilan jika pelaksaan hukum Islam dijalankan”.
2. Melakukan kebinasaan di muka bumi
Firman Allah dalam ayat 11-12 surah al-Baqarah yang bermaksud : “Dan apabila dikatakan kepada mereka itu, janganlah kamu membuat kebinasaan (kemungkaran) di muka bumi mereka menjawab : "Sesungguhnya kami orang-orang yang hanya membuat kebajikan (untuk kepentingan manusia). Ketahuilah bahawa sesungguhnya mereka ialah sebenar-benar orang membuat kebinasaan (kemungkaran) tetapi mereka tidak menyedarinya”.
Golongan ini sentiasa merancang dan berusaha ke arah menjauhkan umat manusia daripada Islam yang menjamin keamanan, menggadaikan agama dengan menghinanya sehingga menakutkan orang belum Islam sehingga wujudnya suasana yang tegang dan takut kepada Islam. Mereka lebih gembira melihat keadaan yang penuh kekeliruan dan kekecohan daripada melihat bangkitnya Islam dengan kebenarannya.
3. Menuduh orang mukmin dengan bodoh dan tolol.
Firman Allah dalam ayat 13 surah al-Baqarah yang bermaksud : “Dan tatkala dikatakan kepada mereka, berimanlah kamu sebagaimana orang ramai beriman. Jawab mereka : " Adakah patut kami beriman sebagaimana telah beriman orang orang bodoh dan tolol itu?". Ketahuilah sesungguhnya merekalah orang-orang yang benar-benar bodoh dan tolol tetapi mereka tidak mengetahuinya”.
4. Kuat permusuhan dan bongkak dengan dosa
Firman Allah dalam ayat 204-206 surah al-Baqarah yang bermaksud : “Dan diantara manusia itu, ada setengahnya yang menyebabkan engkau tertarik hati kepada percakapan mereka(yang lunak dan menarik) semasa hidup di dunia. Dan dia bersumpah (dengan nama Allah bahawa segala yang dikatakan itu adalah benar) kepada Allah akan apa yang di dalam hatinya sedangkan dia sebenarnya orang yang paling kuat permusuhannya terhadapmu. Dan apabila ia berpaling (apabila mendapat hajatnya) berusahalah dia di muka bumi Allah untuk melakukan kerosakan dan kebinasaan, dirosakkannya tanaman dan ternakan dan Allah tidak menyukai kerosakan dan kebinasaan itu. Dan apabila dikatakan kepadanya : " Bertaqwalah kepada Allah". Maka timbullah kesombongannya dengan meneruskan melakukan dosa. Maka cukuplah neraka jahannam sebagai balasannya dan demi sesungguhnya neraka jahannam itu seburuk-buruk tempat balasan”.
Ayat ini menunjukan bagaimana buruknya perangai orang munafik dan petahnya mereka bercakap sehingga ramai orang beriman tertarik dengan tutur katanya yang lembut, ucapan yang menarik dan penuh hujah aqli yang mengelirukan malah mereka sanggup bersumpah bagi menyatakan ketulusun hati mereka sedangkan mereka berniat jahat dan melakukan semua itu untuk memperolehi sesuatu yang diidamkan.
Orang Musyrik
Musyrik ialah orang yang mempercayai sesuatu itu lebih berkuasa daripada ALLAH contohnya kuasa bomoh jin atau apa sahaja itu lebih berkuasa selain dari ALLAH SWT.
Mereka sanggup menghabiskan wang ringgit dan masa semata-mata untuk berjumpa dengan bomoh atau dukun untuk memohon pertolongan bagi mencapai apa yang diimpikan. Mereka tidak memohon dan berserah kepada kekuasaan ALLAH SWT. Perbuatan mereka ini dipanggil syirik.
Syirik akhbar ialah menyembah benda seperti kubur,pokok,batu dan sebagainya dan menganggap diri mereka lebih rendah dari benda benda itu.
Syirik asghar ialah terjadi apabila seseorang itu melakukan sesuatu itu dengan tujuan untuk menunjuk-nunjuk bukan ikhlas kerana ALLAH SWT.
Syirik amali pula percaya ada kuasa lain yang berkuasa selain dari ALLAH. Syirik ini boleh menyebabkan seseorang terkeluar dari islam.
Golongan manakah kita pilih??? Jika memilih mukmin, mampukah kita memenuhi tuntutannya. Mampu atau tidak mampu, kita wajib memilih jalan perjuangan Orang MUKMIN, kerana itulah jalan SYURGA, walau kita terpaksa menongkah arus dan ranjau yang berliku. Berjuang memang pahit, kerana SYURGA itu manis.
Perjuangan bukan beerti bertetak dan bercincang dengan pisau, parang atau senapang, tapi perjuangan berperang melawan hawa nafsu, dan dalam masa yang sama menerangkan dan menjelaskan fahaman ISLAM pada semua MUSLIM. Orang MUKMIN takkan membiarkan saudara MUSLIMnya terus hanyut, nasihat dan bimbingan adalah menjadi perkara asas dalam pembentukan sahsiah.
Jika kita tidak mampu menggerakkan seluruh tenaga kita untuk gerakkan ISLAM, mengiakan sahaja pelaku-pelaku dakwah menjalankan kerja juga sudah memadai, bukan menghina, bukan mengherdik, bukan mengata dan bukan menuduh mereka dengan kata-kata yang tidak sepatutnya dan juga bukan menyekat kemaraan mereka. Sepatutnya, kita memberi ruang seluas-seluasnya untuk gerakan-gerakan ISLAM. Bersyukurlah pada mereka, kerana berjuang demi agama ISLAM yang suci. Kerana perjuangan mereka adalah untuk melihat ISLAM kembali gemilang.
Orang MUKMIN harus bersama saudara MUSLIM membentuk peribadi menjadi MUKMIN sejati. Bukan memulaukan orang MUSLIM, tetapi menjadikan sahabat sejatinya. Sesama MUSLIM tidak boleh kata-mengata, umpat-mengumpat, yang boleh menjadi punca pada perselisihan sesama MUSLIM.
RUJUKAN:
Menuai Hidayah Iman – Muhammad Hassan Al-Basri
Comments